
(c) hipundies
Bisa saja Anda bosan diceramahi mengenai pentingnya perawatan organ intim yang baik dan benar. Tapi perawatan yang salah berakibat penyakit pada organ intim. Jamur yang tumbuh di area sekitar vagina mampu menyebabkan keputihan, meski keputihan dapat juga berasal dari bakteri, virus dan parasit.
Keputihan terbagi dua, fisiologis dan patologis. Keputihan fisiologis dikategorikan normal karena seringkali terjadi pada masa subur sebelum dan sesudah menstruasi. Lendir yang keluar berwarna bening, tidak gatal, dan berbau. Sedangkan keputihan patologis termasuk ke dalam penyakit karena terjadi infeksi pada vagina.
Ciri dari keputihan patologis adalah warna lendir seperti kepala susu atau hijau kekuningan. Dalam keadaan tertentu, bahkan kemerahan karena bercampur dengan darah. Ketika keputihan telah menjadi penyakit, wanita yang menderita keputihan patologis akan merasa gatal pada daerah vagina, lendir berbau bahkan rasa terbakar ketika buang air. Keputihan patologis ini terjadi karena beberapa sebab di antaranya kuman yang berujung pada infeksi, pola hubungan seks yang sering berganti pasangan sehingga membuka jalan bagi kuman untuk masuk, serta pemakaian sabun antiseptik yang tidak tepat. Keputihan patologis tidak bisa dianggap sebelah mata, karena penyakit ini merupakan gejala awal dari kanker serviks atau leher rahim.
Kanker serviks atau yang juga disebut kanker leher rahim adalah pertumbuhan yang tidak normal dari suatu kelompok sel dalam leher rahim, bagian yang sempit di sebelah bawah antara vagina dan rahim.
Menurut Dr. dr. Laila Nuranna, SpOG(K), dari divisi Onkologi Ginekologi, Departemen Obstetri Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo serta anggota Yayasan Kanker Indonesia, penyebab kanker serviks 99.7 persen berkaitan dengan virus HPV (Human Papiloma Virus). Sebagian berkaitan dengan penularan melalui aktivitas seksual, tapi sebagain kecil lainnya melalui kontak lain. Virus HPV yang menyebabkan kanker serviks adalah tipe 16 dan 18.
Meski begitu, kanker serviks masih bisa dicegah dan disembuhkan karena kumpulan sel tadi membutuhkan beberapa tahun untuk menjadi kanker. Tidak heran dokter selalu memberi anjuran untuk memeriksakan Miss V dan melakukan pap smear atau suntik vaksin HPV.
Kanker serviks hanya terdapat pada wanita dan bukan penyakit turunan. Kanker serviks merupakan kanker penyebab kematian wanita nomor satu di Indonesia disusul oleh kanker payudara. Data Globocan tahun 2002 menyebut 80 persen kasus kanker serviks berada di negara berkembang. “Setiap tahun terdapat 15 ribu kasus baru di Indonesia. Dan lebih dari setengahnya meninggal pada tahun tersebut,” papar Dr. Laila.
Wanita segala umur dapat terinfeksi virus HPV mulai dari remaja hingga manula. Satu hal yang perlu diketahui mereka yang sudah menopause harus lebih waspada, terutama bila terjadi pendarahan secara tiba-tiba. Ada 8 dari 10 wanita terinfeksi virus HPV penyebab kanker serviks saat berusia 50 tahun ke atas. Sayangnya, hingga kini masih banyak wanita yang belum paham akan kanker serviks. Dr.Lalila pun menambahkan data di Asia Pasifik pada tahun 2007, kurang dari 2 persen wanita yang paham akan penyakit ini.
Gejala kanker serviks tidak khas, gejalanya sulit terdeteksi bila masih dalam stadium dini tanpa pemeriksaan. Namun dalam stadium lanjut, penderita akan mengalami pendarahan setelah berhubungan, pendarahan spontan antara periode menstruasi rutin, keputihan yang bercampur darah dan berbau, nyeri panggul, gangguan ketika buang air serta nyeri ketika berhubungan seksual.
Para wanita yang beresiko tinggi untuk terkena kanker serviks adalah mereka yang berhubungan seksual di usia muda, sering melahirkan, kebiasaan merokok, sering berganti pasangan seksual dan terinfeksi penyakit menular seksual.
Untuk Pencegahan dari Kanker Serviks Terdapat Beberapa Metode yang bisa dilakukan, yaitu:
· IVA
Inspeksi Visual dengan Asam asetat. Ini adalah metode pemeriksaan dengan mengoles leher rahim menggunakan asetat untuk mengamati adanya kelainan pada area tersebut. Bila tidak terdapat perubahan warna maka dipastikan tidak ada infeksi pada leher rahim. Metode ini adalah tergolong cepat serta relatif murah di Puskesmas terdekat. Sayang, pemeriksaan ini hanya sebagai pendeteksi dini, bila terdapat tanda yang mencurigakan lain, tetap harus melakukan pemeriksaan lanjutan.
· Pap Smear
Papanicolaou smear atau Pap smear diambil dari nama George N. Papanicolaou, dokter Yunani yang menemukan metode ini. Dalam tes Pap smear dokter mengambil sampel dalam sel leher rahim untuk dianalisa. Hasilnya tes dapat memberi gambaran mengenai infeksi, radang maupun sel abnormal dalam leher rahim. Bila rutin dilakukan, tes ini mampu mengurangi jumlah kematian akibat kanker serviks.
· Thin Prep
Metode ini diklaim lebih akurat dibanding Pap smear. Dalam pemeriksaan Thin prep dokter akan memeriksa seluruh bagian dari leher rahim. Berbeda dengan Pap smear yang hanya mengambil sampel dari sel-sel leher rahim. Hasil yang didapat pun akan lebih menyeluruh dan tepat.
· Kolposkopi
Metode ini dilakukan untuk mencari bagian yang terinfeksi. Bila dalam tes sebelumnya dokter menemukan kejanggalan tertentu, maka kolposkopi digunakan untuk mencari bagian yang terinfeksi secara spesifik. Metode kolposkopi menggunakan alat yang dilengkapi kaca pembesar untuk mengamati bagian leher rahim.
· Vaksinasi
Vaksinasi HPV diberikan untuk remaja wanita yang belum pernah berhubungan seks maupun menikah. Vaksin ini sebagai pencegah primer dari virus HPV dan diberikan 3 kali seumur hidup. Selain untuk perempuan usia 9-55 tahun boleh pula diberikan pada laki-laki usia 9-26 tahun.
Selain kanker serviks, penyakit yang juga berhubungan dengan organ intim adalah Penyakit Menular Seksual seperti AIDS, Sifilis, Gonore, Herpes, dan Chylamydia. Berhubungan seks terlalu dini atau berganti pasangan seks akan meningkatkan resiko penularan penyakit. Minimalkan resiko penyakit organ intim dengan selalu memakai pelindung. Dengan perawatan yang baik dan perlindungan optimal, kesehatan organ intim tentu didapat.
0 komentar:
Posting Komentar